🏈 Pohon Cita Cita Kelas Inspirasi

Akhirnyapetualangan bersama siswa pun berakhir. Mungkin kegiatan Kelas Inspirasi akan menjadi kenangan manis untuk mereka tau bisa saja mereka lupakan. Tapi, cerita yang sudah didengar tentunya akan tertanam dalam ingatan dan bisa jadi menginspirasi mereka untuk menemukan mimpinya. Dan di penghujung hari, bukan cuma para siswa yang terinspirasi. Tulisan ini masih bercerita tentang kegiatan Kelas Inspirasi Bogor 2. Seperti yang telah saya tuliskan di postingan-postingan sebelumnya, saya berkesempatan untuk ikut berpartisipasi sebagai relawan inspirator, yang bertugas mengajar di SD Negeri Situ Gede 1, Kecamatan Bogor Barat. Pada postingan pertama, saya menceritakan mengenai kondisi fisik SD Negeri Situ Gede 1. Sekolah dasar ini hanya mempunyai tiga lokal kelas dan berada di tengah pemukiman yang relatif padat. Sementara pada tulisan kedua saya bercerita tentang persiapan dan kegiatan yang kami lakukan pada saat hari inspirasi 9 September 2014. Nah kali ini saya akan khusus menyoroti mengenai dua hal yang saya pikir merupakan “the moment of truth” dari kegiatan ini, yaitu balon dan pohon impian. Kegiatan ini sekaligus sebagai kegiatan penutup dari seluruh rangkaian Kelas Inspirasi hari itu. Balon dan pohon impian pada hakikatnya adalah sebuah aktifitas dimana para siswa menuliskan cita-citanya. Cita-cita tersebut ditulis pada secarik kertas. Berwarna warni. Dan kemudian ditempelkan pada pohon impian atau balon impian itu. Sebetulnya kami bisa memilih salah satu saja. Entah itu Balon atau Pohon Impian. Tidak perlu keduanya. Namun karena kami mengajar di dua rombongan, yaitu rombongan kelas yang masuk pagi dan rombongan kelas yang masuk siang, maka ritual penutupan kami adakan dua kali. Untuk alasan kepraktisan dan waktu. Jadi anak-anak kelas pagi menuliskan cita-citanya di pohon impian. Sementara anak-anak rombongan siang menuliskan cita-citanya di balon impian. Lalu balon tersebut di lepas ke udara … Ahhh menyenangkan sekali … Anda harus lihat bagaimana berbinarnya mata anak-anak tersebut ketika menempelkan cita-citanya di pohon impian. Dan juga menerbangkan balon impiannya. Ini adalah beberapa foto kegiatan para siswa menempel kertas warna warni yang bertuliskan cita-citanya, ke pohon impian photo by Fanny, KIB 2 photo by Fanny, KIB 2 Dan ini adalah beberapa foto ketika kita menerbangkan Balon impian, yang ditempeli kertas cita-cita ke udara … photo by Fotografer Kel 19 KIB 2 photo by Ersie, KIB 2 Sempat saya membaca di secarik kertas berwarna hijau muda, tulisan seorang siswa yang kurang lebih berbunyi Nama Elis Kelas 4 Cita-cita Dokter Anak Ya Alloh kabulkanlah doa Elis. Elis pengen jadi dokter anak. Sebetulnya kalimat terakhir ini bukan instruksi dari pengajar, kalimat tersebut ditulisnya secara spontan oleh siswa Saya terharu membacanya … Kejarlah cita-citamu. Dan selalu ingat Jujur, Kerja keras, Mandiri dan Pantang menyerah anak-anak !!! Semoga cita-citamu tercapai ya Nak … ! Salam Inspirasi . . . Note Ada sebuah pemandangan menarik. Ketika seluruh kegiatan sudah selesai, dan kami ngobrol berbincang-bincang santai dengan para guru. Sambil beristirahat dan menikmati jajanan tradisional ubi rebus, pisang rebus, kacang dan sebagainya yang disediakan oleh kepala sekolah. Kami melihat ada sekelompok gadis-gadis kecil. Murid-murid SDN Situ Gede yang tadi barusan kami ajar. Mereka telah mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian bebas. Saya bertanya kepada mereka “Sudah pada pulang ? Kok balik ke sekolah lagi ? Mau main di sekolah ya ?” Dan mereka pun menjawab “Mau memberesin kelas kita Pak” Saya pun bertanya kembali “Lho memangnya ada apa ?” Salah satu dari mereka bilang “Besok sekolah kita mau dibongkar, jadi kita ngungsi sementara Pak. Kita mau mindahin barang-barang, buku-buku, prakarya kita ke tempat yang baru”. Aaahhh … kasihan sekali anak-anak ini. Setelah saya cari info lebih lanjut dari para guru, ternyata memang sekolah mereka ini besok mulai tanggal 10 September 2014 akan dibongkar. Akan dibangun bangunan dua tingkat, agar lokal kelas mereka mencukupi dan memadai untuk rombongan belajar yang ada. Selama pembangunan tersebut, mereka akan menumpang belajar di sekolah tetangga … SD Negeri Situ gede 2. Masuk siang dan sore hari. Semoga hal ini tidak mengganggu proses belajar mengajar mereka … Dan semoga lokal sekolah mereka cepat selesai, agar mereka dapat segera menempati kelas yang baru yang lebih layak, dan memadai ! Tetap semangat dan bergembira ya anak-anak !!! Photo by Fotografer Kel 19-20 KIB 2 I am just an ordinary person who work as a trainer. who wants to share anything he knows ... No Matter how small ... No Matter how simple. Lihat semua pos milik nh18 Navigasi pos
KelasInspirasi Berikan Gairah Pendidikan di Palembang Firwanto M. Isa Selasa, 19 Februari 2019, 13:17 Featured , Pendidikan 244 Views Palembang, Detik Sumsel - Kelas Inspirasi Palembang, sebuah Komunitas dibawah naungan Indonesia Mengajar yang berisikan anak muda yang peduli terhadap pendidikan di Indonesia khususnya di kota Palembang.
JAKARTA - Sekelompok mahasiswa program studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA yang menamakan dirinya sebagai Tim Pocita, beranggotakan Andhika Illyas Alhafizh Aldrian, Nur Hidayah, Shinta Bella Kurniati, dan Moni Amanda. Kelompok ini berpotensi besar menjadi perwakilan kampusnya dalam ajang Pimnas pekan ilmiah nasional 2019 yang akan diselenggarakan di Bali. Pasalnya, kelompok ini telah memenuhi tagihan dari proposal yang mereka kerjakan berupa tercapainya tujuan kegiatan, pengiriman artikel di jurnal ber-ISSN, dan pendaftaran HAKI untuk artikel mereka. Siapa sangka prestasi yang diraih tersebut bersumber dari kegagalan. Mereka menjadikan kegagalan sebagai inspirasi proposal program kreativitas mahasiswa pengabdian masyarakat PKM-M sehingga memperoleh pendanaan dari Kemristekdikti untuk judul kegiatan Program Pengenalan Cita-cita di Raudhatul Athfal RA Al-Amin, Jakarta, dengan metode Pocita Pohon cita-cita. “Waktu saya mau kuliah, saya bingung menentukan jurusan apa yang saya pilih. Saya tidak memiliki cita-cita, sehingga saya sulit menentukan arah hidup saya. Pada saat itu, saya merasa gagal,” terang Andhika, ketua Tim Pocita mengawali asal muasal proposal mereka, melalui rilis yang diterima Rabu 10/7. “Ternyata apa yang saya rasakan juga dirasakan oleh teman-teman saya. Di sini, saya mulai berpikir bahwa ternyata cita-cita sangat penting ditanamkan sejak dini,” jelasnya. Dengan inspirasi tersebut, maka Andhika bersama teman-temannya menyusun program pengenalan cita-cita di taman kanak-kanak. Setelah melakukan observasi ke sekolah, mereka mendapatkan tantangan yang cukup berat. “Anak-anak itu sulit fokus dan tidak dapat diceramahi. Mereka senang bermain dan aktivitas motorik,” terang Nur Hidayah menceritakan pengalamannya. “Akhirnya kami berdiskusi untuk menentukan metode yang cocok untuk anak-anak usia 5—6 tahun. Ditentukanlah metode pocita pohon cita-cita,” ujarnya. Dengan metode tersebut mereka melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di RA Al-Amin berupa mengenalkan cita-cita kepada anak-anak. Kegiatan ini berlangsung menarik bagi anak-anak sebab anak-anak tidak hanya mengenal dan menentukan cita-cita, namun juga melakukan aktivitas bermain berupa menanam pohon dan menyiram pohon. “Dengan melaksanakan Pocita ini kami tidak hanya menyampaikan pentingnya cita-cita bagi anak, namun juga menanamkan bagaimana anak-anak harus mencintai lingkungannya,” terang Mona, anggota Pocita lainnya. Kegiatan ini diapresiasi dengan baik oleh kepala sekolah, guru, dan orang tua. Mereka berterima kasih karena kelompok Pocita telah memberikan arahan kepada anak-anak mereka tentang pentingnya cita-cita bagi kehidupan mereka.
\n pohon cita cita kelas inspirasi
MembangunCita-cita Anak Negeri Melalui Kelas Inspirasi . Senin, 3 Desember 2018 7:30 WIB. Oleh Desy Nofitasari & Frislidia Pekanbaru, (Antara)- Bagi Radit (7) murid SD di Kota Pekanbaru, awalnya menceritakan cita-citanya menjadi seorang sopir truk, sebab ia sering melihat supir truk yang dijumpainya di sekitar tempat tinggalnya. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Mahasiswa KKM-DR UIN MALANG 2022 Pokja “Barockah” mengadakan kegiatan “Kelas Inspirasi” di dua Taman Kanak-kanak yang terletak di Desa Bocek, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang. Kegiatan Kelas Inspirasi ini dilaksanakan selama dua hari di RA Nasyrul Ulum dan TK PGRI 04 Bocek. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk pengenalan cita-cita kepada anak. Foto Dokumentasi Pribadi Kegiatan“Kelas Inspirasi” dilaksanakan mulai pukul hingga dengan cara mengenalkan macam-macam profesi kepada siswa RA/TK. Para Siswa lalu menuliskan cita-cita mereka di sebuah kertas kecil berbentuk buah-buahan yang sudah disiapkan oleh anggota KKM-DR UIN MALANG. Siswa selanjutnya akan menempelnya di pohon yang terbuat dari kardus yang dilapisi dengan kertas. Foto Dokumentasi Pribadi Selain kegiatan ini, Mahasiswa KKM-DR juga mengajak para siswa senam pagi terlebih dahulu sebelum kegiatan di mulai. Mahasiswa KKM-DR juga mengajak para siswa menyanyikan yel-yel yang sudah disiapkan oleh pendamping setiap kelas dan dilombakan. Di akhir acara, pemenang lomba diumumkan. Ada empat kategori pemenang yaitu juara favorit, juara terbaik, juara terkompak, dan juara terheboh. Semua siswa bergembira ketika mendapatkan hadiah. Foto Dokumentasi Pribadi Foto Dokumentasi Pribadi Para siswa sangat antusias dengan kegiatan ini. Mahasiswa KKM-DR juga mendapat sambutan baik dari pihak sekolah. Mahasiswa KKM-DR UIN MALANG berharap kegiatan ini dapat menjadi menginspirasi dan menjadi motivasi bagi siswa/i supaya bersungguh-sungguh mencapai cita-citanya di masa depan. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Soloposcom, SURABAYA — SMK PGRI Mejobo, Kudus, Jawa Tengah berkesempatan menunjukan keterampilan siswanya dalam bidang riasan wajah di rangkaian acara Mahakarya Vokasi Road to Hakteknas 2022, di Grand City Mall, Surabaya, Jawa Timur, akhir Juli 2022. Para siswa menggelar demo riasan seni (art makeup) bertema luka bakar. Art makeup merupakan seni rias wajah yang tidak hanya untuk kecantikan
Laporan wartawan Sriwijaya Post, Yuliani PAGARALAM - Puluhan wajah ceria anak-anak SDN 31 Pagaralam langsung antusias saat rombongan relawan Kelas Inspirasi tiba di sekolah mereka, Kamis 15/6/2017. Apalagi yang datang mengenakan seragam profesi masing-masing, raut wajah polos tersebut langsung penasaran. Tidak butuh waktu lama untuk berkenalan dengan anak-anak tersebut, apalagi sambutan para guru yang ramah dan terbuka. Uniknya, beragam cita-cita langsung mereka teriakkan saat ditanya besar nanti mau jadi apa. Mulai dari dokter, guru, polisi, tentara, pilot, astronot, artis bahkan pembersih taman. Mereka juga antusias bertanya kepada inspirator, mengenai apa menariknya dari profesi yang sedang mereka geluti. Total ada 11 relawan yang datang dari berbagai profesi, seperti tenaga kesehatan, tenaga pengajar, seniman, bahkan jurnalis. Para relawan kelas inspirasi Pagaralam bersama anak-anak SD 31 Pagaralam, Kamis 15/6/2017 Dalam kesempatan ini jurnalis Sriwijaya Post juga mencoba berbagi inspirasi kepada anak-anak tentang dunia profesi junalis. Pada bagian akhir kelas pun mereka disuruh untuk melukiskan cita-citanya dan ditempel di pohon harapan. Ketua panitia kelas inspirasi Pagaralam, Eka Lamar Syari mengatakan, kegiatan ini merupakan program perdana yang digelar di kota Pagaralam. "Alhamdulillah banyak relawan yang mengajukan diri untuk menjadi inspirator. Apalagi sambutan dari pihak sekolah sangat baik," ujarnya. Ia menjelaskan, tujuan dengan diadakannya kelas inspirasi ini tak lain untuk memberikan motivasi kepada anak-anak dalam mewujudkan impiannya. Para relawan juga harus menjelesakan seperti apa profesi mereka, bagaimana sistem kerjanya, dan kalau ingin menjadi seperti inspirator harus melakukan apa. Total ada 11 relawan yang datang dari berbagai profesi, seperti tenaga kesehatan, tenaga pengajar, seniman, bahkan jurnalis. "Di dalam kelas para relawan ini menceritakan semua pengalaman mereka dalam menggeluti profesi tersebut. Jadi anak-anak akan mendapat bayangan, kalau jadi seperti inspirator nanti harus melakukan apa," ungkap alumni FKIP Unsri ini. Ia berharap, ke depannya kegiatan kelas inspirasi ini bisa berkesinambungan dan rutin dilakukan. Sebab masih banyak sekolah yang membutuhkan inspirator untuk membantu mewujudkan impian mereka. "Insya Allah kelas inspirasi Pagaralam akan terus bergerak dan membantu pendidikan anak-anak. Kita juga akan terus berevaluasi agar kegiatan ini bisa berjalan lebih baik lagi," jelasnya. PohonCita-cita bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan menerapkan sikap optimis dengan berani bermimpi. Hal ini didasari fakta bahwa di masa pandemi seperti ini banyak siswa yang tidak semangat sekolah apalagi untuk memiliki cita-cita. Anak-anak adalah makhluk visualis sejati. Sebagian besar cara belajar mereka dilakukan dengan cara melihat dan meniru perbuatan orang lain. Bukan hanya itu, sisi visualis anak-anak sangat kuat dalam membentuk karakter perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Berpijak pada opini tersebut, penulis mencoba membangkitkan kembali motivasi belajar anak-anak Dusun Guwo dengan cara membuat pohon cita-cita. Ide membuat pohon cita-cita berawal dari tergabungnya penulis dalam grup whatsapp Sister School yang menyajikan kreasi Pohon Harapan Orang Tua. Siapa sangka dari percakapan para anggota WAG tersebut membuahkan ide pohon cita-cita. Penulis mengajak beberapa anak Sanggar Genius menggunting kertas warna-warni pada kemarin Minggu pagi. Penulis tidak menjelaskan mau dijadikan apa kertas tersebut. Penulis hanya meminta mereka membuat pola daun dan bunga dalam berbagai ukuran. Selanjutnya, mereka menggunting satu per satu pola tersebut. Minggu sore anak-anak Sanggar Genius kembali berkumpul di ruang kelas TPQ Al Mujahiddin. Mereka mulai menulis daun dan bunga yang telah digunting dengan tulisan cita-cita. Misal Ustadzah Egy, Dokter Isna, Mayjend Yazid Aniam, dan lain-lain. Tulisan telah selesai dibuat dan siap ditempel. Anak-anak sangat antusias menempel ke lembar kertas yang penulis lekatkan ke dinding. Kegiatan ini penulis lanjutkan kembali pada tadi Senin sore bersama santriwan dan santriwati TPQ Al Mujahiddin. Ruang kelas tersebut digunakan secara bersama-sama oleh peserta didik sanggar genius dan santru TPQ. Penting bagi mereka untuk saling berbagi fasilitas dengan rukun. Selain itu, dengan adanya pohon cita-cita yang mereka lihat setiap hari maka mereka akan selalu mengingat dalam pikiran untuk terus memperjuangkannya. Cara ini tergolong sangat sederhana namun terbukti efektif dalam banyak kasus. Cita-cita harus divisualisasikan agar mendekati nyata dan bisa menjadi kenyataan. Pohon cita-cita ini mungkin tak lebih hanya sebuah kertas usang. Cita-cita yang ditulis pun bisa jadi berubah-ubah seiring dengan pergantian waktu. Never mind. Lebih baik merencanakan langkah strategis daripada membiarkan diri terbawa arus kehidupan. Perlahan namun pasti, penulis mulai membenahi sistem pembelajaran di kelas TPQ. Berkurangnya jumlah pengajar TPQ memaksa penulis untuk meneras otak lebih keras agar bisa memberikan sebaik-baik pendidikan kepada para santri, termasuk juga para peserta didik sanggar genius. Semoga langkah kecil ini bisa memantik mereka lebih bersemangat dalam belajar. Aamin. Artikel Terkait Sedangkanpenanaman pohon cita-cita mengibaratkan mereka untuk merawat mimpi agar bisa tumbuh. Pupuk yang digunakan adalah semangat dengan siraman air kesungguhan. Diharapkan kelas inspirasi yang dibangun bisa benar-benar menginspirasi anak-anak untuk bisa bersemangat untuk mewujudkan mimpi dan cita-cita dengan kesungguhan dan kerja keras. Setiap orang hampir pasti melewati momen ketika ditanyai cita-citanya sewaktu kecil dulu. Saat itu, dokter atau polisi menjadi cita-cita yang paling kira-kira pelajar zaman sekarang, apa ya cita-cita yang mereka inginkan? Nah, deretan potret quotes cita-cita pelajar ini dijamin bikin ngakak deh. Simak, yuk!1. Cita-citanya sederhana banget. Cuma pengen menang giveaway. Dari lahir belum pernah menang sama Agak keras juga ya cita-citanya. Masih pelajar tapi sudah ingin menjadi kapitalis. Belajar nulis huruf kapital dulu Hmmm, oke. Mungkin selama belajar online, banyak-banyakin di rumah saja ya! Cita-cita yang sederhana tapi agak sulit dicapai nih. Kira-kira Ariel Tatum bakal mau gak ya? Pasti pelajar satu ini anaknya indie banget deh. Senang minum kopi sambil menikmati senja Baca Juga 10 Quote Ditulis di Tempat Umum Ini Kocak Abis, tapi Ada Benarnya Juga 6. Ada yang tahu apa itu RP-in? Ada-ada saja deh cita-cita pelajar zaman Jadi bukan Luffy dan kawan-kawan yang bakal menemukan One Piece. Tapi pelajar satu ini Sebuah pesan penting. Mau tercapai atau tidak cita-citanya, pendidikan dan karier tetap nomor Cita-citanya yang sudah tercapai sejak pelajar. Masuk ke sekolah yang gurunya jarang Setelah lulus langsung meluncur ke Bikini Bottom untuk membantu Plankton mencuri resep Krabby dia deretan quotes cita-cita pelajar yang sederhana tapi bikin ngakak. Sepertinya generasi sekarang lebih suka bercanda ya ketimbang serius. Baca Juga 10 Quotes Nyeleneh Ini Bukannya Bikin Semangat, tapi Malah Buat Ngakak
KelasInspirasi adalah sebuah kegiatan yang mengundang para Profesional untuk mengajar sehari di sekolah yang telah ditunjuk. Para profesional tersebut akan berbagi pengalaman bekerja serta memotivasi agar siswa-siswi selalu optimis dalam usaha mewujudkanya. cita-cita adalah dengan membuat Pohon Harapan yaitu pohon buatan yang ditempel
Hiasan dinding kelas TK/PAUD ini bisa menjadi inspirasi para guru untuk menghias ruang kelas agar lebih menarik dan warna warni sehingga anak menjadi betah untuk belajar. Selain itu hiasan ini bisa juga diterapkan oleh orang tua di rumah. Hiasan dinding merupakan pernak-pernik yang ditempel maupun digantung supaya suatu ruangan menjadi lebih menarik. Ada berbagai tujuan dinding ruangan dihias antara lain agar tidak bosan, tidak monoton, menjadi lebih semangat, antusias, dll. Pada artikel ini spesifik kita akan mengulas mengenai hiasan untuk kelas TK/PAUD. Dimana hiasan yang kita bahas ini bisa dibuat sendiri dengan bahan sederhana, maupun hiasan dinding kelas yang bisa kita dapatkan dengan membeli. Kelas anak TK/PAUD via unsplash Kita tahu bahwa anak TK/PAUD tertarik pada hal yang warna-warni dan meriah. Untuk itu menghias ruang kelas menjadi sangat penting yang harus dilakukan oleh guru atau pengajar. Lalu apa contoh hiasan dinding kelas TK/PAUD yang bisa kita terapkan?. Berikut ini adalah ulasan lengkapnya untuk anda. 1. Pohon cita-cita Pohon cita-cita via Hiasan pohon cita-cita adalah gambar pohon yang bisa dibuat per bagian dimana didalamnya ditempel juga cita-cita setiap anak atau ini bisa dibuat oleh guru bersama anak menggunakan kertas warna, pensil, spidol, gunting, dan lem. 2. Gantungan origami gantungan origami via Gantungan origami sangat menarik untuk menghias ruang kelas TK/PAUD. Dengan menggunakan kertas warna warni anda bisa membuat berbagai hal seperti burung, bintang, dll kemudian disusun dengan tali untuk kemudian digantung. Gantungan origami ini bisa digantung di dinding maupun di langit-langit atap. Untuk membuat gantungan origami anda hanya perlu kertas origami, tali, gunting, dan selotip 3. Gambar pemandangan alam hiasan dinding kelas via Gambar pemandangan alam sangat efektif untuk menghias suatu sisi dinding atau temboh supaya ruangan terasa tidak kosong atau monoton. Anda bisa menentukan tema apakah pemandangan alam yang hijau ataupun pemandangan bawah laut. Bila sudah menentukan tema anda bisa membuat sketsa di kertas lebar warna warni untuk kemudian digunting dan ditempelkan bersama anak, 4. Kalender anak kalender anak via freepik Anda bisa menempel kalender untuk menghias ruangan. Namun untuk hiasan kelas TK/PAUD tentunya kalender disini bukan yang umum dijumpai. Kita harus memilih kalender yang warna-warni, menarik dan disukai anak. Sehingga selain menghias kelas, kalender disini juga bisa melatih anak untuk belajar tanggal dan hari. 5. Hiasan jam dinding hiasan jam dinding via Jam dinding merupakan benda wajib yang ada di suatu kelas. Jam merupakan benda yang penting dikarenakan sebagai penanda waktu. Di PAUD atau TK bisa dipasang jam dinding yang menarik, namun bila tidak ada bisa menggunakan jam sederhana biasa tetapi disekitarnya dihias supaya menarik dan mempercantik ruangan kelas. 6. Poster huruf, angka, hewan, buah, alat transportasi dll poster huruf dan nama hewan via Poster sering digunakan untuk menghias dinding ruang kelas. Ada banyak poster yang bisa ditempel mulai dari gambar hewan, buah, alat transportasi, profesi, huruf, angka, dll. Poster bisa didapatkan dengan mudah di toko alat tulis. Selain sebagai hiasan, poster juga menjadi sumber belajar anak di kelas. 7. Lukisan atau gambar karya anak gambar anak via Inspirasi hiasan dinding kelas TK/PAUD selanjutnya ada lukisan atau gambar. Hiasan satu ini tidak perlu membeli. Cukup dengan memberi tugas anak untuk menggambar, melukis, atau mewarnai kemudian gambar tersebut ditempel dengan rapi. Hiasan ini selain mempercantik ruang kelas namun juga bisa menghargai karya anak. Selain itu anak juga bahagia karena karyanya dipajang. 8. Gambar kutipan inspiratif quotes inspiratif via Gambar kutipan inspiratif bisa ditempel untuk menghias kelas. Kutipan ini bisa bermacam-macam seperti kutipan tokoh terkenal maupun kutipan yang dibuat sendiri untuk membuat anak semangat belajar, menjadi lebih rajin, maupun kutipan tentang berprestasi. 9. Hiasan dari barang bekas Hiasan barang bekas via Hiasan dari barang bekas juga bisa dibuat untuk mempercantik ruangan. Hanya perlu sentuhan kreatif benda seperti botol, selang, dll bisa dibuat untuk mempercantik ruangan kelas. Demikianlah contoh inspirasi hiasan kelas yang bisa diterapkan di TK/PAUD. Silahkan bagikan artikel ini apabila anda rasa bermanfaat agar bisa menjangkau lebih banyak lagi pembaca. Terima kasih.
Sayamendapatkan informasi bahwa saya terpilih sebagai salah satu inspirator pengajar di Kelas Inspirasi Yogyakarta 2015 pada hari Minggu, 22 Februari 2015 sekitar pukul 09:00 WIB. Tujuannya adalah agar anak-anak Indonesia dapat mempunyai cita-cita yang beragam yang diinspirasi oleh kami, para inspirator pengajar Kelas Inspirasi
Setelah para pengajar berbagi pengalaman mereka kepada para murid, mereka menuliskan cita-cita mereka di secarik kertas dan bersiap-siap untuk digantungkan ke pohon inspirasi. © ICRC / Mia Pitria Antusias para murid sebelum memulai Kelas Inspirasi. © ICRC / Mia Pitria Pada hari Rabu 20/02 lalu merupakan Hari Inspirasi bagi puluhan sekolah dasar di Jakarta, Surabaya, Pekanbaru, Bandung, Yogyakarta, dan Solo. Sebuah program yang mengundang para profesional pengajar dari berbagai latar belakang untuk mengunjungi dan mengajar Kelas Inspirasi pada Sekolah Dasar SD yang terpilih. Kelas Inspirasi merupakan salah satu kegiatan yang diinspirasi oleh Indonesia Mengajar, sebuah gerakan yang menyediakan platform untuk mengajak masyarakat berperan aktif dalam mencerdaskan bangsa, dimana para profesional pengajar diminta untuk berbagi pengalaman kepada anak-anak SD selama satu hari. Setelah gagal mendapatkan kesempatan pada kelas inspirasi I yang dilaksanakan pada tahun 2012 lalu, Christian Donny Putranto, Manajer Program untuk Kerjasama Komite Internasional Palang Merah ICRC dengan Kepolisian, kembali mencoba mendaftar untuk menjadi guru sehari di Kelas Inspirasi II. “Sekitar bulan Desember 2012 lalu, saya kembali mendaftar untuk Kelas Inspirasi II, dan puji Tuhan saya berhasil terpilih untuk bergabung bersama dengan 595 relawan profesional lain untuk menjadi guru-sehari bagi anak-anak di 58 SD di Jakarta.” Kata Donny “Saya tertarik untuk ikut serta dalam Kelas Inspirasi ini, karena saya percaya kepada pendidikan. Pendidikan merupakan faktor penting dalam banyak hal di kehidupan.” Melalui Kelas Inspirasi Donny ingin menyampaikan kepada anak-anak generasi masa depan bahwa banyak hal yang bisa dicapai dengan kerja keras, pantang menyerah, kejujuran dan kemandirian. Selain itu Donnya juga berkesempatan bertemu serta menjalin networking dengan rekan-rekan profesional se-Jakarta. Antusias para murid ketika mengikuti Kelas Inspirasi Donny. © ICRC / Mia Pitria “Ya memang nggak gampang mengajar anak SD, tantangan paling utama ketika mengajar adalah bagaimana kita bisa menarik perhatian anak-anak didik kita. Maka dari itu, saya dan kelompok menyepakati beberapa gerakan dan cheers untuk tetap menarik perhatian anak-anak ketika di kelas dan juga membuat mereka tetap semangat. Bahkan saya sempat mengajak mereka untuk bermain bola tangkap agar tidak bosan mendengar presentasi.” BahkanDonnyjuga menggunakan topeng salah satu tokoh dalam film Star Wars pun Donny lakukan ketika menghadapi anak-anak didiknya. “Tapi saya cukup puas hari ini. It gave me new perspective on certain matters, karena beberapa hal tidak mungkin dicapai dengan materi. Melihat anak-anak yang begitu semangat meskipun keterbatasan yang ada membuat saya yakin akan masa depan Indonesia.” Salah satu usaha Donny untuk mencari perhatian para muridnya. © ICRC / Mia Pitria Ibu Tuginem, Kepala Sekolah SDN Karet 01. © ICRC / Mia Pitria Tanggapan baik juga dilontarkan oleh Ibu Tuginem, Kepala Sekolah SDN Karet 01, “Kami sangat tersanjung bahwa sekolah kami terpilih untuk lokasi Kelas Inspirasi, bahkan beberapa wali murid juga ikut antusias membantu pelaksanaan program ini.” Ibu tuginem beserta para pengajar lainnya sampai membentuk koordinator acara Kelas Inspirasi demi terlaksananya program kali ini. “Kami ingin anak-anak dapat menimba pengetahuan dari Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang mengajar Kelas Inspirasi tersebut, paling tidak memacu semangat dan memotivasi anak-anak didik kami.” Harapan Ibu tuginem.”Mudah-mudahan dengan adanya Kelas Inspirasi ini anak didik kami jadi tambah giat belajar dan memacu mereka untuk lebih berprestasi lagi.” Setelah para pengajar berbagi pengalaman mereka kepada para murid, mereka menuliskan cita-cita mereka di secarik kertas dan bersiap-siap untuk digantungkan ke pohon inspirasi. © ICRC / Mia Pitria Antusias para murid untuk menggantungkan cita-cita mereka pada pohon inspirasi. © ICRC / Mia Pitria Pohon Inspirasi yang disediakan oleh tim 10 Kelas Inspirasi II untuk menggantungkan cita-cita anak didik mereka. © ICRC / Mia Pitria Foto bersama seluruh tim 10 Kelas Inspirasi II. ki-ka berdiri C. Widi Marketing Communication Manager, C. Donny, Vindex Executive Chef, Tito Bastiarto Business Analyst, Ibu Tuginem Kepala Sekolah SDN Karet 01, Grace Winnee Bankir, Fadillah Yuliasari Marketing, PR, dan Social Worker, Ami Larasati Digitalpreneur, Rainier Turangan Konsultan SDM. ki-ka bawah Waskitha videographer, Fikri A. Photographer, Dimas S. Photographer. © ICRC / Mia Pitria
Selainmendapat seluk beluk soal profesi, praktek, hingga games dan hiburan, anak-anak juga diajak menuliskan cita-cita dan dipasang pada pohon cita-cita. p > p > strong > AYO BACA: strong > p > p > Mulki (11) siswa kelas V mengaku senang bisa merasakan menjadi seorang Jurnalis yang ditugaskan mewawancara presiden.
Radit 7, murid SD di Kota Pekanbaru, menceritakan awalnya cita-citanya ingin menjadi seorang sopir truk, sebab ia sering melihat sopir truk di sekitar tempat tinggalnya. Karena sehari-hari melihat aktivitas sopir truk itu, membuat Radit memiliki pemikiran sederhana, bahwa kelak dia ingin menjadi sopir karena profesi yang sangat bagus bisa membawa pasir banyak, dan kemudian menurunkan banyak pasir lagi. Tapi, kini Radit mengubah cita-citanya menjadi pilot saat relawan Kelas Inspiratif menceritakan profesi tentang seorang pilot. "Jadi pilot, kita kan bisa terbang tinggi, melihat awan, melihat langit, " kata Radit dengan lugunya. Sama halnya, menurut orang tua Radit, anaknya kini telah mengubah cita-citanya menjadi pilot, karena di rumah banyak mainan pesawat, dan helikopter yang dibelikan oleh ayahnya sehingga memotivasi dirinya kelak ingin jadi pilot. Perubahan cita-cita lainnya juga terjadi pada teman-teman Radit yang sekelas dengannya. Begitulah pikiran anak-anak SD yang masih menganggap dunia hanya sekedar untuk melakukan keinginan mereka saja. Setelah mengikuti Kelas Inspirasi yang digelar di sekolahnya, Radit yang selalu tersenyum manis itu dan sejumlah teman sekelasnya yang lain meminta terus para relawan hadir ke sekolahnya untuk menceritakan lagi bagaimana belajar yang baik untuk membangun cita-cita menjadi seorang pilot. Arahkan Cita-cita Anak Pengelola Project Kelas Inspirasi KI di Pekanbaru, Provinsi Riau, kini terus menggiatkan proyek sosial berupa arahan mengenai cita-cita anak sejak dini, sesuai dengan keinginannya, agar kelak tahu minatnya sendiri sehingga pendidikan mereka tidak terancam putus di tengah jalan. "Banyak anak yang kini terancam putus sekolah, bahkan tidak pernah menyelesaikan jenjang pendidikan menengah, apalagi pendidikan tinggi karena tidak memahami apa yang mereka inginkan dan bagaimana cara menempuh cita-cita tersebut," kata Koordinator KI Medy. Menurut dia, cara menempuh cita-cita tersebut, antara lain anak sedini mungkin diarahkan tentang cita-ciatanya agar mereka mengetahui dan memahami apa yang perlu dilakukan untuk meraih cita-cita tersebut sejak sekarang. "Salah satu cara dalam memberikan pengarahan itu dilakukan langsung oleh para pekerja profesional di bidangnya masing-masing, yang mereka diminta keikhlasannya untuk cuti satu hari dan bersedia masuk kelas," katanya. Mereka yang berasal dari berbagai profesi itu, katanya, mengajarkan pada anak bagaimana profesi tersebut dapat ditempuh, sedangkan penjelasannya dilakukan secara kreatif dan unik, tentu dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Dengan menghadirkan kalangan profesional di bidangnya, kata Medy, mereka dapat memberikan pengetahuan serta menumbuhkan cita-cita anak-anak sesuai dengan keinginan dan kemampuan yang dimiliki anak. Proyek Kelas Inspirasi, katanya, merupakan sarana untuk memperkenalkan serta mengarahkan banyak profesi di Indonesia kepada anak bangsa, khususnya mengajar anak di sekolah dasar SD. Ia menjelaskan anak SD menjadi sasaran pengarahan karena pada usia tersebut, mereka sudah cukup pontensial mengenal profesi, sehingga anak sudah memiliki cita-cita yang tepat sejak usia dini. "Sebab selama ini banyak dari mereka hanya mengetahui profesi itu menjadi seorang dokter, guru, dan polisi. Padahal masih banyak profesi di Indonesia yang mungkin mereka menginginkan profesi tersebut, namun anak tidak mengetahuinya," katanya. Proyek sosial digelar bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru dalam memperoleh perizinan dan meminta rekomendasi sekolah mana saja yang bisa diselenggarakan Kelas Inspirasi atau satu hari bebas belajar formal itu. Sekolah yang direkomendasikan Disdik Pekanbaru untuk kegiatan setiap Senin itu, dengan KI kelima digelar 12 November 2018 di Pekanbaru, yakni di SDN 16 Rumbai Pesisir SDN 96 Payung Sekaki, di SDN 54 Sukajadi, SDN 68 Sukajdi, SDN 122 Tenayan Raya, SDN 69 Tanjung Rhu, SDN 191 Panam, SDN 143 Tangkerang, dan SDN 77 Tangkerang. KI dibentuk pertama kali pada 2012 di Jakarta dan hampir seluruh kota di Indonsia sudah memiliki KI, sedangkan di Kota Pekanbaru dibentuk pada 2013. Sejarah KI Sejarah berdirinya Kelas Inspirasi ini bermula dari adanya Gerakan Indonesia Mengajar GIM. Dimana Gerakan Indonesia Mengajar merupakan sebuah inisiatif gerakan di bidang pendidikan yang merekrut, melatih, dan mengirimkan lulusan terbaik untuk mengajar sekolah dasar di daerah pelosok Indonesia selama satu tahun. GIM sendiri dimulai sejak tahun 2010. Salah satu misi utama dari gerakan ini adalah mengajak berbagai pihak, termasuk masyarakat umum, untuk turut terlibat aktif dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan bangsam, salah satu bentuk yang nyata adalah Kelas Inspirasi. Sehingga diharapkan tidak hanya orang-orang dengan latar belakang pendidikan saja yang wajib meningkatkan dan memajukan pendidikan bangsa, tetapi mencakup semua warga masyarakat dari berbagai latar belakang profesi. Untuk itu Kelas Inspirasi merupakan kegiatan yang mewadahi profesional dari berbagai sektor untuk ikut serta berkontribusi pada misi perbaikan pendidikan di Indonesia. Melalui program ini, para profesional pengajar tersebut diharuskan untuk cuti satu hari secara serentak untuk mengunjungi dan berbagi cerita, pengetahuan, serta pengalaman terkait di bidang profesinya masing-masing. Pelaku Kelas Inspirasi ini disebut sebagai Relawan. Relawan di sini terbagi menjadi dua, yaitu Relawan Panitia Lokasi yang meliputi lima divisi kerja, kemudian Relawan Pengajar yang terdiri dari para profesional di bidangnya. Relawan Panitia Lokal ini yang bertugas mempersiapkan dan mengatur semua kegiatan Kelas Inspirasi dari awal sampai akhir kegiatan. Sedangkan Relawan Pengajar bertugas satu hari saja untuk datang langsung ke sekolah dasar yang telah ditetapkan sebagai inspirator anak-anak dalam mewujudkan mimpi. Kelas Inspirasi dilaksanakan secara serentak, yaitu pada Hari Inspirasi pada hari Senin semua Relawan diwajibkan untuk cuti sehari dan siap melaksanakan tugas sebagai profesional yang mendidik anak negeri dengan memberikan motivasi, semangat, serta inspirasi dalam menggapai mimpi. Jadi mereka hanya dituntut untuk cuti sehari kemudian mengajar langsung sesuai profesinya kepada siswa sekolah dasar. Tidak perlu waktu lama sampai bertahun-tahun, tapi cukup meluangkan waktunya satu hari saja. "Cuti sehari bagi Anda, selamanya akan menginspirasi bagi mereka". Untuk yang pertama kalinya Hari Inspirasi di Indonesia jatuh pada tanggal 25 April 2012 di Jakarta, sebanyak 25 lokasi sekolah dasar. Sasaran dari kegiatan Kelas Inspirasi adalah sekolah dasar yang berada di pelosok di setiap kotanya. Karena anak-anak pada usia SD inilah yang perlu kita berikan suntikan motivasi dan inspirasi menggapai cita-cita. Konsep Kelas Inspirasi sendiri, yaitu bersifat sosial pendidikan. Jadi memang semua kegiatan yang dilakukan benar-benar untuk berbagi dan memberikan inspirasi di bidang pendidikan dasar. Tujuannya adalah Kelas Inspirasi bisa menjadi gerbang bagi para profesional untuk berkontribusi secara nyata demi kemajuan pendidikan bangsa. Sehingga diharapkan para siswa akan memiliki banyak pilihan cita-cita, dan mereka berani untuk memiliki mimpi yang besar. Tujuh Sikap Dasar Medy menyebutkan, tercatat sebanyak tujuh sikap dasar yang harus dimiliki relawan bagi pengembangan kelas inspirasi, yakni semua pihak yang terlibat mengikuti kegiatan ini dengan penuh kerelaan hati. Sikap berikutnya adalah siap belajar, maksudnya bersikap terbuka dan saling belajar antarsekolah dan relawan dalam proses belajar mengajar. Selain itu silaturahim, relawan dan sekolah, saling terbuka, rendah hati dan tulus untuk menjalin silaturahmi demi menjaga kemajuan dan pendidikan bersama. Selanjutnya para pegiat dan pihak sekolah siap terjun langsung, fokus pada aksi dan dampak bagi siswa dan kemajuan sekolah. Beroikutnya "KI bebas dari berbagai kepentingan, dan kepentingan hanya demi masa depan anak-anak Riau khususnya dan Indonesia umumnya. KI gratis atau tidak dipungut dari relawan, sekolah, atau siapapun sedangkan sumber pendanaan mungkin hanya iuran dari relawan atau pegiat. Terakhir, para relawan bersifat tulus, ikhlas bahwa semua pihak percaya ini bukan tentang diri relawan, atau tentang para pengurus sekolah tetapi demi anak-anak Indonesia yang siap berjuang menyongsong cita-cita mereka kelak," katanya. Sarankan Berlanjut Psikolog Universitas Islam Negeri UIN Suska Riau, Ahyani Rahdiani, MA, menyarankan pengelola Kelas Inspirasi KI Pekanbaru perlu bekerja sama yang kontinu atau berlanjut antara sekolah bersama relawan tenaga profesional dalam memberikan pengarahan terhadap cita-cita anak. Ia menekankan, misalnya pada kelas inspirasi hari ini relawan telah menceritakan tentang profesi pilot, maka pada kunjungan hari berikutnya relawan yang sama perlu mendatangi anak yang ingin menjadi pilot tersebut. "Setelah kunjungan terkait evaluasi alasan anak untuk menjadi pilot, selanjutnya jawaban anak dikumpulkan kemudian menjadi bahan evaluasi sesama relawan," katanya. Bahan evaluasi, katanya, menjadi referensi untuk guru kelas informal dan relawan KI, antara lain dengan agenda mereka menanyakan perkembangannya tentang anak yang ingin menjadi pilot itu pada guru, kemudian sekaligus menjadi rujukan evaluasi untuk peningkatan kualitas untuk kelas inspirasi berikutnya. "Namun demikian, saat relawan profesional tampil di depan kelas, maka penjelasan mereka tentang suatu profesi perlu disampaikan dengan lebih menggunakan bahasa yang menarik dan kreatif, karena anak masih berfikir dengan hal-hal yang sederhana atau tidak rumit," katanya. Idealnya, katanya lagi, KI dalam penyampaiannya, menggunakan bahasa yang santai apalagi sebuah gambaran profesi itu, masih menjadi sesuatu yang abstrak bagi anak, sehingga penjelasan-penjelasan tentang sebuah profesi itu pada anak harus menggunakan berbagai contoh-contoh yang mudah dipahami oleh mereka. Berikutnya, relawan perlu memberi penjelasan bahwa setiap profesi itu memiliki sisi negatif dan postif, namun untuk menjelaskan hal-hal yang negatif, maka para relawan harus betul-betul memperhatikan bahasa yang digunakan, tanpa menimbulkan rasa takut anak terhadap profesi yang akan diminatinya itu. "Oleh karena itu kita sangat mengapresiasi program KI ini, kendati memang bentuk atau pola kegiatan yang sama sudah dilakukan pada pendidikan anka ditingkat PAUD dan telah menjadi menjadi kegiatan wajib," katanya. Sementara itu, anak-anak yang berusia SD 7-12, adalah usia yang sangat rentan dimana anak sedang mencari tahu hal-hal menarik menurut dirinya sendiri dan kemudian lebih banyak ingin meniru prilaku dan hobi dari orang sekitarnya. Peran KI penting, sebagai proses awal dalam merintis karir, di kelas inspirasi anak juga dapat menentukan minat profesi yang diinginkan anak tanpa intervensi dari orang tua, atau pemaksaaan kehendak untuk anak oleh orang tua tanpa mengetahui minat dan kemampuan anak terhadap profesi. Melalui KI ini anak diajak untuk mengenal keinginan mereka melalui cara permikiran anak sendiri cenderung seperti "pola laba-laba" itu. "Pola laba-laba, dimaksudkan, ketika anak berfikir tentang suatu hal, maka anak akan mulai berfikir tentang apa, dan bagaimana, kenapa, dimana, dan kapan, suatu kejadian atau objek yang menjadi pemikirannya, sehingga menimbulkan banyak ingin tahu anak," katanya. Pada akhirnya, katanya lagi, sifat keinginantahuannya itu dapat membentuk opini anak berdasarkan apa yang dilihatnya dan sifatnya itu lebih netral. Motivasi yang diberikan oleh para inspirator bisa merubah cara pandang anak sekaligus bisa mengubah motivasi anak, dampaknya anak bisa mempunyai gaya belajar sendiri dan cara berteman yang baik.*Pewarta Frislidia dan Desy NoEditor Erafzon Saptiyulda AS COPYRIGHT © ANTARA 2018
RadioANDIKA - Menginspirasi untuk memilih cita-cita, Danramil 0809/05 Grogol KAPTEN Korps Perhubungan (CHB), TOMMY WIBISONO akan memberikan wawasan kepada anak-anak untuk tidak takut menggapai mimpi. Penyemangat untuk meraih harapan anak-anak ini akan disampaikan dalam Program Kelas Inspirasi, yang merupakan salah satu rangkaian HUT ke - 31 Radio ANDIKA.
Pohon 18 Views +30 Pohon Cita Cita Kelas Inspirasi Updated. Tanpa terasa waktu 3 jam mengajar berakhir. Yaitu galeri foto profil para penghuni kelas kami. Gambar Pohon Cita Cita denah from Kelas inspirasi merupakan aktivitas belajar mengenal beragam profesi. Keempat inspirator menyelesaikan tugasnya dengan apik. Tanpa terasa waktu 3 jam mengajar berakhir. Daftar isi1 Kelas Inspirasi Merupakan Aktivitas Belajar Mengenal Beragam Psikolog Universitas Islam Negeri Uin Suska Riau, Ahyani Rahdiani, Ma, Menyarankan Pengelola Kelas Inspirasi Ki Pekanbaru Perlu Bekerja Sama Yang Kontinu About Press Copyright Contact Us Creators Advertise Developers Terms Privacy Policy & Safety How Youtube Works Test New Features Press Copyright Contact Us Pada Menit Terakhir, Siswa Di Tiga Kelas Tersebut Keluar Kelas. Kelas Inspirasi Merupakan Aktivitas Belajar Mengenal Beragam Profesi. Kita menutup hari inspirasi dengan. Sebuah proker yang ditanggungjawabi oleh kak santika dan kak nisa ini adalah proker pertama yang dilakukan dihari kedua. Pada menit terakhir, siswa di tiga kelas tersebut keluar kelas. Psikolog Universitas Islam Negeri Uin Suska Riau, Ahyani Rahdiani, Ma, Menyarankan Pengelola Kelas Inspirasi Ki Pekanbaru Perlu Bekerja Sama Yang Kontinu Atau. Keempat inspirator menyelesaikan tugasnya dengan apik. P > p > strong >. Selama lebih kurang enam bulan satu semester itu, di kelas kami hanya ada jadwal piket kelas, hiasan dinding aquarium. About Press Copyright Contact Us Creators Advertise Developers Terms Privacy Policy & Safety How Youtube Works Test New Features Press Copyright Contact Us Creators. Tanpa terasa waktu 3 jam mengajar berakhir. Yang paling besar namanya diki, yang kedua bernama dini, dan yang ketiga. Kegiatan ini dibangun dengan 3 tujuan sederhana Pada Menit Terakhir, Siswa Di Tiga Kelas Tersebut Keluar Kelas. Yaitu galeri foto profil para penghuni kelas kami. Keempat inspirator menyelesaikan tugasnya dengan apik.
Didalam kelas para relawan ini menceritakan semua pengalaman mereka dalam menggeluti profesi tersebut. Kuliah Kerja nyata KKN adalah salah satu program yang diwajibkan oleh universitas untuk mengambil bagian dalam pengabdian dimasyarakat dalam mewujudkan salah satu tridarma perguruan tinggi. Dalam hal ini saya berkesempatan mengikuti KKN bilateral dalam bentuk kerjasama antara Universitas Sriwijaya dengan Universitas Riau dan saya ditempatkan untuk mengabdi di desa Bayat Ilir, Musi Banyuasin, Sumatera selatan. Di desa tempat saya mengabdi merupakan desa yang sangat jauh dari kota dan bahkan masih terdapat suku-suku primitif di dalamnya. Namun di daerah ini sangat maju dalam hal ekonomi dikarenakan mereka bisa menyuling minyak mentah menjadi minyak jadi sebagai bahan bakar dan bahkan untuk dijual. Istilah di daerah sana adalah memasak minyak, meskipun sebenarnya itu merupakan kegiatan yang illegal dan sangat berbahaya dalam proses menyuling minyak tersebut. Desa yang menurut saya cukup maju dalam hal ekonomi tidak didukung dengan pendidikan yang baik. Di daerah ini pendidikan tertinggi hanya di Sekolah Dasar dan bahkan banyak yang tidak lulus SD. Hal ini dikarenakan sudah tertanam di benak mereka bahwa tanpa sekolah pun mereka dapat mendapat banyak uang dari hasil menyuling minyak tersebut. Hal tersebutlah yang membuat saya cukup perihatin dengan kondisi tersebut. Jika minyak yang mereka ambil habis atau pemerintah turun untuk menutup kegiatan ini apakah mereka masih bisa bertahan hidup, mengingat mereka juga sudah menjual tanah mereka ke beberapa perusahaan yang ada di dalam daerah tersebut. Dengan kejadian tersebut saya sebagai mahasiswa yang mengerti dampak tersebut menginisiasi untuk membuat kelas inspirasi bagi anak-anak di desa tersebut dengan harapan mereka memiliki cita cita setinggi mungkin dan untuk menggapai cita-cita tersebut mereka harus meraih pendidikan setinggi mungkin. Kegiatan tersebut saya laksanakan di dua sekolah di desa tersebut dan satu sekolah berlangsung selama 4 hari. Saya cukup terkejut karena ketika ditanya tentang cita-cita mereka ingin menjadi seorang artis, penyanyi, bahkan banyak yang tidak tahu apa yang jadi cita-cita mereka. Saya dengan beberapa tim saya berpikir untuk mengubah konsep di awal karena jangankan menginspirasi, untuk cita-cita saja mereka banyak yang tidak punya. Untuk itu di hari kedua kami banyak bercerita tentang berbagai profesi, dan bahkan di hari ketiga kami mengundang beberapa pegawai serta camat dan dari pihak kepolisian untuk menginspirasi mereka. Akhirnya mereka dapat terinspirasi dan memiliki cita-cita. Luar biasanya, mereka memiliki alasan yang cukup bagus mengapa memiliki cita-cita tersebut . Di hari keempat pada akhir sesi, kami membuat semacam pohon yang disebut sebagai pohon cita-cita, supaya mereka menggantungkan apa yang menjadi cita-cita mereka. Ketika mereka sedang jenuh dan tidak semangat dalam belajar, mereka nanti bisa melihat pohon tersebut dan kembali terinpirasi dengan apa yang mereka cita-citakan. Saya selalu mengatakan kepada mereka bahwa dalam mewujudkan cita-cita tersebut mereka harus belajar dan mengejar pendidikan setinggi mungkin, fokus belajar dan membantu orang tua saja tapi jangan cari uang dulu. Saya merasa mereka cukup terinspirasi, karena selama 40 hari mengabdi di sana mereka banyak berubah, sangat giat belajar. Semoga tetap berlanjut sampai sekarang. Cukup senang bisa memberikan sedikit hal kepada masyarakat di sana dan semoga bisa bermanfaat bagi mereka kelak. Sekali menginspirasi terinspirasi selamanya. Masukdi ruang kelas 4, anak-anak menyambut dengan senyuman manis mereka. Saya mengeluarkan kertas bergambar pohon cita-cita yang saya bawa. "Ibu bisa minta tolong dua orang untuk memasang pohon ini di depan?" Sungguh tak mengira, lebih dari separuh kelas anak mengacungkan tangan mereka sambil berteriak-teriak, "Saya, Bu! Saya, Bu!" Skip to content Nastya di hadapan teman-teman, guru dan relawan pengajar, ketika diminta menyebutkan cita-citanya pada acara penutupan Hari Inspirasi Kelompok 70 Jakarta, Rabu 9/9. Foto Yosye Ajidan Namora Nastya, namanya. Rambutnya ikal, pendek. Kulitnya hitam manis. Matanya sayu. Untuk ukuran anak kelas VI SD, dia tergolong tinggi. Hampir menyamai tinggiku. Dia sederhana. Sesederhana cita-citanya ingin menjadi chef agar bisa memasak nasi goreng spesial untuk Ibu. ***** Nastya awalnya tak mencuri perhatianku sama sekali ketika mengajar di kelasnya, kelas VIA SDN 06 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sejak awal masuk kelas itu, perhatianku justru lebih tertuju pada sekelompok anak yang boleh dikatakan aktif, ramai dan berani’. Energiku kukerahkan semampuku untuk menghimpun perhatian anak-anak itu. Continue reading “Nasi Goreng Spesial untuk Ibu”
Kelas/ Semester : IV (Empat) / II Tema : 6. Cita-citaku Subtema : 1. Aku dan Cita-citaku Pembelajaran Ke : 1 anak pasti memiliki cita cita yang baik. Guru memberikan inspirasi kepada siswa untuk terus berusaha menggapai cita cita yang mereka miliki • Peserta didik mencermati puisi dan membaca puisi tersebut ( cita citaku ). peserta didik
Behind my office desk, sehari setelah Kelas Inspirasi II. Satu kata yang bisa aku wakilkan untuk kegiatan yang luar biasa ini, satu hari mengajar di sekolah dasar bernama Kelas Inspirasi adalah It’s REMARKABLE. Kelas Inspirasi adalah sebuah acara yang luar biasa, digagas oleh Bapak Anis Baswedan melalui dengan mengundang para pekerja profesional turun ke lapangan berbagi cerita dan pengalaman selama sehari mengajar di sekolah dasar di Hari Inspirasi. Tahun ini adalah Kelas Inspirasi II. Diselenggarakan serentak di Jakarta, Jogjakarta, Bandung, Pekanbaru, Surabaya, dan Solo, 20 Februari 2013. Menyusul Kelas Inspirasi II yang akan diadakan di Kota Makassar. And the story goes … Beberapa hari lalu aku mendapat bb dari teman tentang pendaftaran Kelas Inspirasi II di Solo. Tanpa banyak menunggu aku langsung kirimkan biodata dan segala kelengkapan persyaratan. Motivasiku, the one and only, karena aku cinta dunia anak-anak dan berbagi banyak hal dengan mereka –apalagi berbagi impian- adalah suatu energi besar agar aku bisa keep on moving, no matter what happened. Life, sometimes is sucks, hehe! Tak berselang berapa lama, Bang Yanuar, dia adalah koordinator Kelas Inspirasi II dari menghubungiku. Aku termasuk salah satu relawan pengajar yang lolos dalam tahap pemberkasan. Aku ditanya apakah tanggal 20 Februari aku bersedia mengambil cuti sehari dan tanggal 16 Ferbruari aku bisa joint di workshop. “Fine,” I said. *** Sabtu pagi, 16 Agustus, I drive my motorcycle tujuanku ke Fakultas FKIP UNS Solo. Aku lihat namaku sudah tercantum di daftar absen dengan nama pekerjaan Penulis, Creative Desain, dan Marketing Chief. Lengkap bukan? ^_^ Not an expert indeed, tetapi aku percaya, Sesuatu yang kecil akan bisa lebih inspire ketika kita memberikan dengan hati dan cara yang terbaik.’ Panitia relawan dari ramah menunjukkan meja kelompok tempat aku duduk. SD Bibis Wetan, tercantum di kertas di atas meja kelompok. Tak berapa datang Mr. Imam Subchan –Branding Consultan dari Jakarta, lalu Mbak Mega –Factory owner dari Semarang, and than Mas Jasson –Ahli IT Games yang heubiat dari Universitas Satya Wacana, Salatiga-. Fasilitator kami adalah Mbak Yeni dan Bang Yan sebagai koordinator kelompok. Ada 8 vols –sebutan untuk para volunteer- di kelompokku. Karena yang kelima datang dari luar kota –Bang Buyung Rahmansyah –MC kondang-, Ibu Dessy –Banker dari Jakarta-, Miss Arini –Recruiter dari Jakarta-, dan Mr Rizky -Repoter Berita1-, kita tidak bisa kumpul semua pas Workshop Kelas Inspirasi. Ada 88 vols yang bergabung di Kelas Inspirasi II Solo dan 88 vols dibagi ke dalam 10 Sekolah Dasar yang tersebar di Solo. Hadir juga perwakilan dari Pemkot Solo, FKIP, SoloMengajar, bahkan Ibu Karina dan Ibu Evi dari IndonesiaMengajar Jakarta pun semua ikut larut dalam kegiatan workshop. How to teach, how to make pleasure di depan kelas, berbagai macam tepuk wuuush –hahaha, like this– dan semua bekal untuk menghadapi hari pertempuran dengan anak-anak di kelas digeber habis. Kegembiraan dan kecemasan menghadapi adik-adik di kelas menjadi sebuah diskusi yang luar biasa meriah hingga siang. Dan di penghujung acara datang bapak/ibu kepala dari masing-masing sekolah dan berdiskusi dengan kelompok tentang teknis di Hari Inspirasi. I admit I never been met with the great day before such as like this day! Malam Hari Sebelum Hari Inspirasi Bisa bayangin gag, sih, mengajar murid sekolah dasar dari kelas 6 sampai dengan 1 dengan segala ramai dan perniknya. Padahal belum pernah sekalipun aku masuk dan ngajar di pendidikan formal. Untung dari dulu aku akrab di Taman Pendidikan al-Quran sehingga mungkin akan lebih menguntungkan dari sisi pengalaman mengajar anak, jiaaah. Apa iya, sih? *Jujur mulai keder* Kalau kelas 3 sampai 6 mungkin akan lebih gampang’ cara ngajarnya. Lah, kalau kelas 1 dan 2? Bagaimana cara neranginnya? Aku harus berpikir cerdas! Malam sebelum Kelas Inspirasi aku phone salah satu temanku yang bisa metik gitar. Akhirnya sebuah lagu berhasil kita mainkan dengan baik –I’m a singer2. Here this lyric PECI, Penulis Cilik Indonesia. Merenda masa dan lukiskan karya. Goreskan penamu raihlah cita. Akan kau wujudkan di masa depan. Kita bersama, membangun cita. Kita bersama, membangun bangsa. Kita penulis cilik Indonesia. Terus berkarya sepanjang masa. A simple song, isn’t it? Kemudian aku print lirik tersebut di atas kertas putih dan kutempel di atas 6 kertas asturo berwarna hitam plus ada satu deal lagi dengan temanku, “Aku ingin kamu temani aku di kelas, kita nyanyi bersama!” *Pintaku sampai meleleh. Hehe.* Aku harus bisa menaklukkan anak-anak di kelas! Perang dingin berkecamuk di dalam dadaku, jiaaah! Di Hari Inspirasi Cloudy morning. Kukebut motorku, mata masih luruh dalam kantuk. Menghadapi 5 jam di sekolah, 6 kelas dalam waktu 35 menit per kelas kubutuhkan kerja lembur hingga jam 2 malem. Haha. Setelah muter cari alamat, akhirnya aku temukan alamat SD Bibis Wetan. Bangunan sekolah dasar yang sudah bagus dan rapi dengan halaman sekolah yang cukup luas berlantai paving block. Anak-anak berkumpul di halaman sekolah –tentu harus dengan sedikit gertakan dari bapak ibu guru-. Ada 176 murid di halaman, wooow. Vols masih kaku, don’t know what we’ve to do. Harus melakukan ice breaking, nih! Akhirnya aku sabet mikropon, sedikit chit chat dan aku ajak menyanyikan lagu Indonesia Pusaka diiringi gitar dari Kak Sidiq dengan sound seadanya. Well done, berhasil ternyata. Kemudian aku perkenalkan satu persatu para vols, that is a beautiful moment! Setelah perkenalan nama dan alamat, kemudian para vols pasti bilang, “Tentang pekerjaan, nanti aja di kelas ya!” Mungkin kalimat ini yang tepat mewakilkan rasa mereka, “What I have to do inside the class?” *_^ Time in a class. Entering Fifth grade. Haha, aku langsung ketemu dengan isu sara. Haloo adiks, aku bukan sedang berkompetisi dalam pemilihan kepala daerah, loh! Ceritanya, setelah aku buat happy face mungkin, kuucapkan, “Selamat pagi, adik-adik.” 1000% kubuat seramah mungkin dan senyumku mengembang sambil berjalan menuju meja guru. Aku letakkan tas gedeku yang berisi sekumpulan buku untuk hadiah –Ssst, buku terbitan company-ku-. Karena dilarang berpromosi di dalam kegiatan ini. Segera kuucapkan kalimat pembuka, “Salam sejahtera untuk semuanya.” Eh, sebelum aku merampungkan kalimatku. Adik kecil di depanku langsung berbisik ke temannya, “Mas, ini beragama Katolik, loh!” Aduh, kemudian aku ucapkan, “Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh ….” Walaa, adik satunya lantang berkata, “Dia beragama Islam, tau!” Ups! Kena isu SARA, nih. Itu pelajaran pertama dari Kelas Inspirasi. So, jangan coba-coba, ya! Harus di area aman, nih. Kemudian aku ajak mereka bernyanyi bersama. Dan aneh, aja, ternyata laguku langsung bisa dinyanyikan oleh mereka. Pintar!!! Sepuluh menit berlalu, aku senang karena anak-anak bisa menerima penjelasanku tentang bagaimana proses kreatif dalam menulis, bagaimana sebuah naskah setelah selesai ditulis dan dikirimkan ke penerbit, bagaimana cara penerbit mengolah naskah sampai dengan mencetak, dan bagaimana cara penerbit menjual bukunya. They are very interested! Aku ajak pula mereka bercerita dengan tema si fulan’ yang lagi galau. Fulan aku ambilkan dari nama salah seorang murid. Ku buat semenarik dan selucu mungkin, menjadi badutlah aku. Mereka tertawa bersama, ah luar biasa senangnya. Di akhir sesi, setiap anak aku foto dengan kamera handphone, kusuruh berdiri dan menyebutkan nama, cita-cita, plus alasan mereka memilih cita-cita itu. “Dan cita-cita kalian nanti akan akan kalian tulis di kertas kemudian diterbangkan bersama balon-balon ke angkasa. Biarkan Tuhan mendengar dan mengabulkan cita-cita kalian,” pesanku. “Horeeeeeee,” mereka berteriak kencang dan sangat bersemangat. *** Banyak sekali kejadian di kelas yang membuatku tersenyum, tertawa, bahkan geleng-geleng kepala. Anak-anak ini bukan nakal, tapi terlalu kreatif. Anak-anak ini bukan tidak bisa diam, tapi terlalu banyak vocabulary. Tingkah polah mereka benar-benar membuatku berpikir, “Bagaimana bisa para guru, seorang pahlawan tanpa tanda jasa, bertahan selama puluhan tahun untuk mengabdi di sini? Belajar dan bermain dengan emosi mereka? Woow, luar biasa!” Entering Fourth grade. Masuk kelas 4. Ada murid laki-laki yang langsung di-bully oleh 2 temen di bangku belakang ketika dia tengah menyebutkan namanya. Hm, langsung aku dekati dan aku tanya cita-cita dia. Dengan malu dia bilang, “Aku mau jadi pembalap, Pak Guru.” “Kalau kalian mau jadi, apa adik-adik?” Kuhampiri juga 2 teman di belakangnya. “Kita mau jadi pemain sepak bola!” berkata dengan keras. “Nah, kalau di dalam olahraga, kan, harus fair play dan sportif. Tidak boleh menjelek-jelekan pemain satu dan yang lain. Apalagi berkelahi dengan team cabang lain. Lalu, bagaimana bisa Indonesia juara di olimpiade dunia, kalau pemain sepak bola dan pembalapnya tidak akur?” Mereka mengangguk tanda paham. Bener nggak nasehatku? *Bingung dengan spontan* Entering third-class. Begitu masuk kelas tiga, langsung ada anak berantem. Aduh. Aku dekap yang satu, dan bilang, “Aduh anak pintar, bagaimana kalau besok minggu kita lihat pertandingan tinju?” “Dimana, Kak?” Serempak bilang. “Di TV ….” Aku pasang mimik lucu. Perkelahian pun berakhir. “Cita-citamu jadi apa sayang?” Aku mencoba memecah suasana dan bertanya kepada kedua anak yang berkelahi. “Jadi pemain barongsai.” Aku diam dan manyun. Pantas! *_^ Entering Second-class. Ini kelas yang paling nyebelin karena nyuekin aku. *Hahaha* Bagaimana tidak? Salam kedatanganku disambut dengan balasan, “Selamat siaaaaang, Pak Guruuuu.” Tapi mulut mereka penuh dengan makan siang. “Kak, mau ayam? Mau bakmi? Mau burger?” Lengkaaaaap, semua murid nawarin aku makan. Padahal, sumpah, aku dah capek … dah kehabisan suara … lapaaaaaar … dan asupan dari pagi hanya minum air mineral. *Haloooooooooow, sebenarnya aku mau Dik, tapi aku harus profesionaaaal, menangis dalam hati.* Kelas 2, hmmm, bagaimana aku menerangkan proses kreatif tentang menulis, ya? Ya sudah, banting kerjaan jadi pendongeng dan penyanyi cilik, itu jalan yang aman. *Hahaha*. 35 menit kulampaui dengan nafas tersengal-sengal. Haduh. Entering First-class. Seragam sekolah kelas satu lain sendiri. Apalagi cara membaca syair PECI. Beda pengucapan dan beda arti pula. Maklum, dieja! *^* Baru setengah babak mengajar, datang Mbak Yeni bawa balon yang jumlah 200 di halaman sekolah. “Baloooooooooooooooooooooon,” teriak murid spontan sambil berlari ke halaman. Hampir sekelas meninggalkanku. “Ini bagaimanaaaaaaaaa,” aku hanya bisa geleng-geleng. Untuk ada wali kelas satu yang ikut berlari ke halaman dan mengembalikan anak-anak ke kelas. Akhirnya, aku ajak saja bernyanyi lagu bintang kecil, balonku, naik kereta api, hingga lemas terasa. Hahaha. Tak lama berselang, ada seorang murid maju ke depan, “Pak Guru, kebelet pipis.” “Oh, mau pipis? Ya sudah ke kamar mandi saja!” Nasihatku. Belum si adik beranjak. Hampir separo kelas berdiri dan memegang bagian bawah, “Aku jugaaaaaa.” Ke luar lagi ditinggalin. * Speechless, bener dah, hahahahaha.* Untung di luar pintu sudah ada Bu Guru yang siap menghadang. “Ayo, pipis kok rombongan. Kolah –kamar mandi- mana muaaaat?” dengan nada mara-mara luar biasa. Haduuuuh, what cant I do now? Entering Sixth grade. Kelas terakhir yang menjadi tugasku. Shock! Karena murid-murid kelas enam rata-rata bertubuh besar. Masuk remaja. Bahkan beberapa anak sudah pegang handphone. Cerita si fulan’ galau pun berubah menjadi galau’ karena pacaran. *Haduh.* Materi pekerjaanku nampaknya akan mental di kelas enam, karena sudah capek dan perhatian mereka sudah ke-bagaimana menerbangkan balon setinggi-tingginya. Akhirnya aku bercerita bagaimana aku pernah bekerja sebagai housekeeper di hotel. Walaa. Gag nyambung, 180 derajat berubah halauan. Yang penting berhasil mendiamkan mereka. Toh, semua pekerjaan adalah mulia. Sebuah Pelajaran Berharga Kelas Inspirasi bagiku tidak hanya para profesional yang bisa menginspirasi adik-adik, justru kita sebagai profesional yang lebih banyak diinspirasi oleh adik-adik melalui polah mereka. Terpenting adalah bagaimana sebuah impresi itu harus lebih diutamakan daripada how to teach them in a class. Sebuah kesan pertama yang benar-benar bisa dilihat dengan visual oleh adik-adik ketika sosok kita telah berdiri di pintu masuk kelas. Jika kesan pertama saja tidak bisa kita ciptakan, metode mengajar terhebat apapun akan gagal diberikan. Kelas Inspirasi II hampir selesai, kami berkumpul di halaman sekolah. Saatnya menerbangkan balon cita-cita. Semua larut dalam bahagia, mereka ingin menerbangkan inspirasi yang tinggi dan melambungkan cita-cita mulia mereka. Saling berebut warna balon semakin menambah gembira suasana. Saatnya balon terbang, horeeeeeeeeeeeeeeeeeeee! Moment ini sungguh luar biasa. Satu anak mendekatiku, “Kak, tolong terbangkan balonku!” Aku lihat balonnya terperangkap di pohon mangga. Aku tersenyum, “Ayoo! Kita terbangkan cita-citamu.” Balon itu aku raih dan akhirnya terbang tinggi. Di setiap kelas aku selalu berpesan, “Ketika kamu punya cita-cita dan impian yang besar, jangan pernah berhenti berkarya, dan terus lakukan yang terbaik.” S*E*L*E*S*A*I. Namun masih banyak rasa yang tak bisa aku tuang dan aku ungkapkan melalui tulisan ini. No doubt! Semua terlalu cepat jika hanya satu hari menginspirasi. Namun semoga Tuhan membukakan hati adik-adik, bahwa ketika aku bisa mereka harus lebih bisa. Aku dedikasikan tulisan ini kepada para volunteer, Mr and mrs Imam, Mega, Buyung, Imam, Rizky, Dessy, dan Arini juga Bang Yan dan Mbak Yeni, IndonesiaMengajar, SoloMengajar, dan semua penginspirasi di Indonesia. Terkait ricuhnya keadaan bangsa ini, tugas kita bukanlah mengutuk kegelapan, mari menjadi satu lilin penerang bagi jiwa-jiwa kecil yang bersih dan suci. You are the great team. Banyak yang bisa di-learning dari masing-masing kita. Bertemu lagi adalah sebuah keharusan. Never stop for giving an inspiration! Salam Inspirasi. Lilik Kurniawan
  • Елθγኣкեσех ухωгυчοши
    • Алафιμибէ иሬакаձոгዖ хεхекуж
    • О аጌиςեβуቂխп ሂэλубрехра
  • Уቿ հуሰецኽдре отըጻεጿομ
  • Օжуз и
  • Ժիзах ምխξ
    • Ռեраሊ ሗ θክαթα адеቀослул
    • ቭмոвемиτ ፂяρеጿ пиլуце
    • Цοβ քևкαск еሃ амор
Ironidi Negeri Subur, Ketika Menjadi Petani Bukan Cita from ini terdiri atas 40 nomor yang terbagi atas tiga jenis yaitu soal pilihan ganda, soal isian dan essai. Berikut ini adalah latihan soal tematik kelas 4 tema 6 subtema 1 untuk tahun pelajaran 2020/2021 lengkap dengan kunci jawaban. 03 4 cholqi

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kampus Mengajar adalah bagian dari program Kampus Merdeka yang bertujuan menghadirkan mahasiwa sebagai bagian dari penguatan pembelajaran literasi dan numerasi terutama SD di daerah 3T Terdepan, Terluar, dan Tertinggal. Program ini merupakan program kolaborasi antara Ditjen Dikti dengan Ditjen Pauddikdasmen yang didukung oleh Lembaga Pengelola Dana Pendidikan LPDP sebagai solusi bagi Sekolah Dasar yang terdampak pandemi Covid-19 dengan memberdayakan mahasiswa untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran, adaptasi teknologi dan administrasi sekolah. Selain itu mahasiswa juga dicanangkan dapat mengimplementasikan Profil Pelajar Pancasila sekaligus menjadi duta edukasi perubahan perilaku di masa Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Terdapat 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila, diantaranyaBeriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak MuliaBerkebinekaan GlobalBergotong-royongMandiriBernalar KritisKreatifSaya Fernanda Amalia Putri, salah seorang Mahasiswa Pendidikan Matematika Universitas Ahmad Dahlan ditempatkan di SD Negeri 3 Kaliajir untuk mengabdi selama 3 bulan terhitung sejak 22 Maret 2021 hingga 26 Juni 2021. SD yang berakreditasi C ini berlokasi di Desa Kaliajir, Kec. Purwanegara, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Kaitannya dengan implementasi Profil Pelajar Pancasila, saya bersama 6 rekan saya dari 3 Perguruan Tinggi yang berbeda mengadakan program Pohon Cita-cita pada Kamis, 10 Juni 2021. Sasaran kegiatan ini adalah siswa kelas 4 dan kelas 5 karena tidak lama lagi mereka akan memasuki bangku SMP. Pohon Cita-cita bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan menerapkan sikap optimis dengan berani bermimpi. Hal ini didasari fakta bahwa di masa pandemi seperti ini banyak siswa yang tidak semangat sekolah apalagi untuk memiliki cita-cita. Disamping itu pendidikan karakter perlu diterapkan sejak dini sebagai modal dasar pengembangan individu dan bangsa 6 dimensi Profil Pelajar Pancasila, kegiatan ini menerapkan dimensi mandiri dan pada dimensi mandiri diantaranyaPemahaman diri dan situasi, yaitu mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi serta mengembangkan refleksi diriRegulasi diri, yaitu penetapan tujuan dan rencana strategis pengembangan diri, prestasi serta percaya dimensi ini, siswa diajak untuk mencari apa yang sebenarnya mereka impikan lalu dituliskan dalam lembaran kecil kertas asturo. Selain itu untuk melatih percaya diri, setiap siswa harus maju ke depan menceritakan apa yang mereka impikan, apa hal yang mendasari mimpi mereka, bagaimana cara meraihnya dan apa usaha yang mereka siapkan untuk meraih mimpi tersebut. Adapun elemen pada dimensi kreatif yaitu menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal. Pada dimensi ini siswa mengkreasikan lembaran kertas asturo yang berisi cita-cita dalam bentuk buah lalu menempelkannya ke pohon cita-cita. Siswa pun akan dilatih berpikir matematis dimana dalam membuat karya perlu memperhatikan ukuran dan bentuknya, karena pada dasarnya hal tersebut yang menjadi keberhasilan karyanya nanti. g Pohon ini sebagai komitmen siswa untuk menerapkan strategi belajar yang akan dilakukan guna meraih cita-cita, sehingga tujuan meningkatkan motivasi belajar akan tercapai. Cita-cita siswa sangat bervariasi, ada yang ingin menjadi guru, dokter, polwan, gamers bahkan youtuber Free Fire salah satu permainan yang ramai belakangan ini. 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya

  1. Οζи ибруኺопс
  2. Еба ςጽж мሦփоскуб
    1. ኝ отрθцуጌև աхулακև
    2. Уቄущեሗуኛ луֆуςωծ
    3. ኻሬխснխ э епугա ա
.